Dalam agama Islam diajarkan bahwa ada tiga amalan yang akan terus mengalir pahalanya walau pemiliknya telah tinggalkan dunia fana yaitu ;
1.ilmu yang bermanfaat
2.amal jariyah dan
3.doa anak sholeh
Ini bermakna bahwa orang tua diminta untuk mendidik anaknya agar menjadi anak yang sholeh yang kelak diharapkan akan terus mendoakan orang tuanya. Pesan dari ajaran tersebut adalah pesan tentang pendidikan, pendidikan kepada anak, yang ganjarannya begitu menggiurkan karena pahalanya akan terus mengalir meski kita sudah meninggal.
Ada sebuah doa yang dikenal dengan nama ‘Doa Anak Sholeh’ dan yang diajarkan oleh hampir semua orang tua muslim kepada anak-anak mereka dengan harapan agar anak-anak mereka mau mendoakan mereka dengan doa ini. Begini bunyinya :
“ROBBIGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WARHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANII SHOGHIIROO”
Artinya dalam Bahasa Indonesia : “ Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah ibuku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil ”
Doa ini begitu populernya sehingga hampir semua anak di sekolah hafal dengan doa ini. Doa ini juga cukup pendek dan sangat mudah dihafalkan oleh anak-anak. Dalam jangka waktu singkat anak balita bisa mengingat dan menghafalnya. Akan sungguh mengggemaskan jika kita mendengar anak balita yang masih cedal membacakan doa ini. Kalau anak kita bisa membaca doa ini rasanya hati orang tua langsung ‘mak nyes’, adem dan bahagia!
Meski kita berusaha mengajarkan doa ini kepada anak-anak kita, pernahkah kita benar-benar memperhatikan dan memahami makna dari doa ini? Sebagai seorang pendidik saya sungguh takjub dengan pesan yang hendak disampaikan oleh doa ini. Coba perhatikan kalimatnya baik-baik dan pikirkan mengapa doanya seperti itu. Mengapa anak-anak kita diminta untuk berdoa agar orang tuanya disayangi ‘sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil’? Mengapa redaksinya bukan ‘sebagaimana mereka menyayangiku selama ini’, umpamanya. Mengapa justru ditekankan ‘sewaktu aku masih kecil’? Apakah doa ini hanya berlaku bagi anak yang masih kecil saja dan jika sudah lebih dewasa maka redaksinya akan diubah menjadi. :”Sewaktu aku ABG, atau sewaktu dewasa’, umpamanya? Tidak. Doa itu redaksinya tidak berubah redaksinya meski kita mendoakan orang tua kita ketika kita sendiri telah tua. Redaksinya tidak berubah dan tidak perlu diubah.
Lantas mengapa begitu redaksinya?
Menurut saya, doa ini mengandung pesan pendidikan yang sungguh dalam bagi para orang tua. Jadi sebenarnya doa ini memang pesannya UNTUK ORANG TUA dan bukan untuk si anak. Melalui doa ini terkandung pesan untuk meminta agar orang tua mendidik dan menyayangi anaknya dengan sebaik-baiknya, khususnya SEWAKTU KECIL. Para orang tua diminta untuk mencurahkan kasih sayangnya sepenuh-penuhnya kepada anaknya sewaktu kecil karena sewaktu kecil itulah anak-anak kita membutuhkan kasih sayang yang tak terhingga sebagai bekal bagi mereka mengarungi hidup sewaktu besar nantinya. Dengan kasih sayang yang berlimpah dan pendidikan yang baik pada waktu kecil (bukan berarti memanjakannya) maka sang anak akan punya fondasi mental dan spiritual yang kuat dalam menghadapi hidup mereka di masa dewasa nantinya. Dengan doa ini seolah hendak dikatakan kepada para orang tua,:”Wahai para orang tua, sayangilah anak-anakmu sebaik-baiknya pada saat mereka masih kecil. Berikan semua yang terbaik darimu kepada anak-anakmu ketika mereka masih kecil. Janganlah sampai mereka mendapati hal yang buruk dan tidak baik darimu ketika mereka masih kecil. Janganlah sampai engkau menunjukkan sikap kasar, keras dan kejammu pada anakmu waktu masih kecil karena Tuhanmu akan mengganjarmu sesuai dengan perbuatanmu pada anakmu ketika masih kecil (dan bukan pada masa yang lain)”
Secara alami orang tua memang sangat menyayangi anak-anak mereka ketika masih kecil. Itu masa-masa ketika orang tua sangat menyayangi dan melindungi anak-anak mereka. Mereka melimpahinya dengan berbagai pujian dan hadiah. Pelukan dan ciuman datang tak henti-hentinya. Kata-kata lembut dan panggilan sayang berhamburan. Rasanya apa saja yang diminta oleh anak sewaktu ia masih kecil segera dituruti dan diusahakan dengan sungguh-sungguh. Para orang tua biasanya menolerir semua kesalahan anak-anak mereka dan tidak marah meskipun anak memecahkan barang orang tua yang paling disayangi.
Hal ini tentu berbeda dengan ketika anak sudah cukup besar. Pada saat itu orang tua sudah mulai kurang toleran. Pujian semakin berkurang dan hukuman semakin banyak. Raut muka dan tutur kata sudah mulai berubah. Pendek kata kasih sayang orang tua sudah berbeda dengan ketika anak masih kecil. Itulah sebabnya doa tersebut menyebutkan secara spesifik WAKTU TERINDAH dalam hubungan anak dan orang tua, yaitu ‘sewaktu masih kecil’. Orang tua akan dimintakan ganjaran kepada Tuhan pengampunan dosa dan balasan kasih sayang yang terbaik dari Allah sebagaimana mereka melakukan hal yang terbaik kepada anak mereka sewaktu mereka masih kecil.
Jadi dengan redaksi doa itu kita sebenarnya diminta untuk menyayangi anak-anak kita ‘habis-habisan’ ketika mereka masih kecil karena upaya kita pada saat itulah yang akan menjadi perhitungan untuk balasannya dari Allah kelak. Hal itu juga sesuai dengan kebutuhan anak yang memerlukan kasih sayang yang berlimpah ketika masih kecil karena mereka benar-benar masih sangat bergantung pada orang tua pada saat itu. Hal itu juga sesuai dengan fitrahnya orang tua yang masih benar-benar ‘all-out’ dalam menyayangi anaknya ketika masih kecil. Doa itu memang mengandung pesan pendidikan luar biasa!
Jadi jika Anda masih punya anak kecil yang akan Anda jari doa tersebut jangan lupa bahwa doa itu sebenarnya pesan dari Tuhan kepada Anda. Berikan yang terbaik dan terindah dari Anda kepada anak-anak Anda yang masih kecil tersebut. Dengan demikian doa mereka akan sungguh-sungguh dan menghasilkan buah pahala yang tidak putus-putusnya.
Balikpapan 12 Desember 2008
Satria Dharma
Satria
Des 18, 2008 @ 00:16:41
Dari Kang Adriano Rusfi di milis CFBE :
Kang, doa ini luar biasa. Saya hanya akan menambahkan beberapa catatan.
Pertama, kata “RABBAYAANI” artinya “mereka berdua telah menddidik aku”. Terjemahan “menyayangiku” sebenarnya kurang tepat, karena RABBA adalah akar dari kata TARBIYYAH (pendidikan) . Jadi sekadar menyayangi saja tak cukup.
Kedua, doa ini bersyarat. Dia bukan gratis tanpa syarat untuk seluruh orang tua, karena ada kata “KAMA”. Artinya, orangtua yang tidak mendidik anak diwaktu kecil tak akan mendapatkan doa ini.
Ketiga, kata “rabbayaa” artinya “kedua ayah dan ibu”. Artinya, jika ayah tak terlibat dalam pendidikan anak secara signifikan dengan alasan sibuk mencari nafkah, maka ayah harus siap-siap gigit jari nggak kebagian doa ini.
Keempat, pendidikan itu akan efektif jika dilakukan diwaktu kecil (shaghir). Kalau mendidik anak ketika sudah besar, telat. Dan hanya bagi yang mendidik anak diwaktu kecil doa ini akan dia dapatkan.
Wassalam,
Aad
Achmad Riwayadi
Des 24, 2008 @ 04:14:49
“Idzaa maata ibnu aadam, inqotho’a amaluhu illaa min tsalaatsin: shodaqotin jarriyatin, al’ilmu yuntafaa’u bihi, waladin shoolihin yad’uulahu”. Matan hadits ini menurut saya juga mengajarkan kepada kita pentingnya investment untuk kehidupan sesudah mati. Memang sekarang banyak orang yang berinvestasi bisa berupa tanah, rumah, gedung2, dollar, mas, dll tapi rata-rata untuk persiapan sebelum mati, bukan sesudah mati. Ada tiga hal yang bisa being invested untuk hidup sesudah mati yaitu tiga hal yang juga sudah disebutkan oleh Bung Satria tadi. Khusus yang terakhir “waladin shoolihin yad’uulahu”, saya sepakat sekali dengan Bung Satria maupun Kang Andriano bahwa kita akan mendapatkan “great profit” dari investment kita yang namanya anak sholeh bila kita melakukannya dengan cara yang benar dan berinvestasi di bank (lingkungan) yang benar. Hanya saja kebanyakan kita dan teman-teman kita dalam mendidik anak jarang sekali mendesign kurikulum yang tepat untuk mereka. Bahkan rata-rata anak-anak jaman skr dibesarkan dengan kurikulum sosial yang uncontrolled. Yang terjadi adalah bahwa kurikulum sosial yang dominan akhirnya membentuk perilaku dan polapikir anak-anak kita. Untung kalau kita hidup di lingkungan yang secara sosial dan spiritual conducive, bagaimana kalau kita hidup di lingkungan yang sebaliknya? Menurut Bung Satria curiculum design yang bagaimana yang tepat untuk mendidik anak-anak kita secara physical, pedagogical, and spiritual. Trims Bung.
Dian
Feb 06, 2009 @ 02:40:44
semoga aku menjadi anak sholeh… amien heee.6X
Yuanita Yuniar
Feb 26, 2009 @ 02:23:08
Ass. .. Ayah saya baru saja berpulang ke Rahmatullah pd akhir Jan lalu. Rasanya seperti mimpi kehilangan ayah tercinta, masih ingin rasanya menyayangi beliau .. selama 61 thn beliau sll mencurahkan seluruh kasih sayangnya untuk ku.
Ingin rasanya selalu membacakan do’a agar ayah dapat tenang di sisi Allah SWT, dan mendapatkan Rahmat dari Allah SWT. Oleh karena itu setiap selesai sholat subuh & Maghrib Insya Allah tidak lupa saya membacakan do’a spt surat yasin, Tahlil, Al Baqoroh serta doa untuk Ayah & Ibu.
Namun sahabat saya justru menentang, katanya doa tsb tidak akan mengurangi dosa2 Alm ayah saya, Allah hanya akan memberi pahalanya untuk aku yg membaca do’a tsb, karena orang yang sudah meninggal hanya tinggal mempertangguang jawabkan saja seluruh perbuatannya, jd doa yg dibacakan tdk akan mengurangi dosa ayahmu ( dia meminta aku supaya berfikir secara realistis .. )
Sedih rasanya mendegar ucapan tsb, Pak Satria .. boleh minta arahakan .. sebaiknya bagaimana cara kita menyayangi orang tua yang sudah meninggal ? Sebelumnya saya ucapkan trm ksh.
Wassalamu’alaikum wrwb..
Satria Dharma
Feb 26, 2009 @ 03:27:58
Yuanita,
Apa yang Anda lakukan tersebut adalah sangat baik dan merupakan implementasi dari anjuran Rasulullah pada umatnya untuk menghormati dan mendoakan orang tua.
Apakah doa-doa tersebut tidak akan dapat mengurangi dosa orang tua kita? Wallahu alam bissawab. Hanya Tuhan yang tahu apa yang akan dilakukanNya kelak di akhirat.
Tetaplah berdoa bagi orang tua dan semoga anak-anak Andakelak juga menjdi anak yang sholeh seperti Anda. Amin!
Salam
Satria
Rychan
Mar 04, 2009 @ 03:56:49
Assalamualaikum….Salam kenal Pak, pembahasan yang bagus mudah-mudahan anak saya menjadi anak yang sholeha…Amin….kalau sempat mampir keblog saya ya Pak…..IKLAN 😉
tita
Mar 06, 2009 @ 03:35:14
Pak Satria…saya terharu membaca tulisan ini. mulai umur kelas 3 sd karena saat itu sd bapak belum ada kls 4 nya saya mulai berpisah dengan ortu. Pindah dari keluarga 1 ke keluarga lainnya sampai kuliah. Bila sedang sedih…banyak masalah..yang saya ingat hanya pelukan dah kehangatan mamah…dan saya meyakini kenangan di waktu kecil saya yang berkesan (walau sebentar) itu yang menyelamatkan saya saat remaja-dewasa. Saat saya keluar rumah tabungan kasih sayang dari mamah dan bapak serasa sudal fulll…itu yang membuat saya jadi berani. hari ini doa saya semoga saya bisa minimal mendekati kesabaran dan kasih sayang mamah dan bapak dulu, agar anak anak saya juga bisa merasakan apa yang saya rasakan. amien
arnetta
Mei 04, 2009 @ 10:15:22
semoga saya menjadi anak yang sholehah
amin
Assalamualaikum Wb Wr
akha
Agu 02, 2009 @ 18:11:30
Asw, Pak Satria..
Terima kasih sebelumnya, tulisan Bpk telah memberi saya pemahaman dari sudut pandang yang berbeda tentang doa kepada orang tua.
Semoga doa untuk orangtua dari diri kita sebagai anak (yang Insya Allah) sholeh diterima oleh Allah swt.
Sekalian, minta izin mo nge-save gambarny,, lucu^^
herdi
Sep 01, 2009 @ 00:40:33
amiin semoga saya dijadikan orangtua yang dapat mendidik anak-anaku menjadi anak yang sholeh…
dan menjadikanku menjadi anak yang sholeh juga
nurrahman18
Mar 11, 2010 @ 05:44:10
saya ikut mengamini aja deh 😀
Ani Wahyuni
Jan 14, 2013 @ 00:06:54
Assalamu’alaikum,…salam kenal pak,..
pak sy mw tanya,apakah seluruh amal sholeh seorang anak akan mengalirkan pahala juga untuk orang tuanya?terutama untuk orang tuanya yg sdh meninggal.