Guru yang Tidak Bisa Membaca

2 Komentar

GuruAdakah guru yang tidak bisa membaca? Ya, ada! Ia bahkan telah mengajar selama 17 tahun di Oceanside Unified School District. Oceanside adalah kota terbesar ketiga di San Diego County, California. Ya, ini di Amerika Serikat.

Bagaimana mungkin orang yang tidak bisa membaca jadi guru? Apakah ia punya ijazah college agar ia bisa diterima sebagai tenaga pengajar? Ya. Ia ternyata punya ijazah college. Lha kok bisa lulus kalau tidak bisa membaca? Ternyata ia punya strategi khusus agar bisa melewati setiap ujian dengan mencuri kopi ujian dan meminta temannya untuk mengerjakan tugas-tugasnya. “Saya tahu bagaimana membaca sistemnya dan tahu bagaimana membaca orang-orang.” Kata Corcoran, si guru buta huruf ini. Ia menyembunyikan kebutahurufannya ini kepada semua orang, kecuali pada istrinya! Justru istrinyalah yang membantunya selama itu dengan membantunya membaca dan menulis tugas-tugasnya.

Lainnya

Masyarakat Yahudi di Iran

17 Komentar

YahudiTidak banyak orang yang tahu bahwa penduduk Yahudi kedua terbesar setelah Israel tidaklah tinggal di Amerika atau Eropa melainkan justru tinggal di Iran! Iran…? Bukankah Iran berseteru berat dengan Israel dan bahkan Ahmadinejad mempertanyakan kebenaran jumlah korban Holocaust? Ya. Saat ini ada sekitar 25.000 penduduk Yahudi di Iran dan mereka bahkan punya perwakilan di parlemen Iran! Meski pemerintah Iran berseteru dengan Israel tapi mereka menetapkan diri untuk tinggal di Iran dan tidak bersedia untuk dibujuk pindah ke Israel. Bahkan ketika pemerintah Israel merencanakan untuk membayar keluarga Yahudi Iran yang mau pindah ke Israel sebesar $60,000, Masyarakat Yahudi Iran mengecamnya dengan pernyataan :

” Identitas Yahudi Iran tidak bisa dibeli dengan uang. Masyarakat Yahudi Iran adalah termasuk penduduk Iran tertua. Yahudi Iran mencintai identitas dan budaya Iran mereka. Jadi ancaman dan rayuan politis kekanakan semacam ini tidak akan berhasil.”

Lainnya

Dibutuhkan : Banyak Tenaga Teknik di Amerika

5 Komentar

KerjaDear all,
Beberapa negara bagian AS mulai kekurangan tenaga kerja di bidang industri, khususnya di Iowa yang tenaga kerjanya mulai memasuki usia pensiun. Mereka kekurangan tenaga kerja sampai 150.000 orang dalam 5 tahun mendatang. Oleh sebab itu industri bekerja bergandeng tangan untuk menyiasati hal ini dengan memberikan pelatihan kerja bagi siswa-siswa agar nantinya mereka bisa mengisi lowongan pekerjaan tersebut.

Sebagaimana layaknya di negara kita, sekolah menengah kejuruan (vocational school) kurang disukai di AS dan dianggap sebagai bermasa depan kurang cerah akrena tidak bisa ke perti yang lulusannya lebih menjanjikan ketimbang hanya lulusan SMK. Akibatnya, tenaga trampil menjadi berkurang karena para siswa berlomba-lomba masuk sekolah menengah umum agar punya kesempatan untuk masuk perti. Padahal para pekerja yang ada sekarang sudah memasuki usia ‘gray hair’ alias masa senja. Kalau tidak dipersiapkan jauh-jauh hari maka Iowa akan kesulitan mencari pekerja trampil untuk menggantikan mereka. “You can’t get your plumbing fixed in China. If your car breaks down, you can’t send it to Japan,” said Julie Rosin, assistant director at Central Campus. “These are local jobs.” keluh mereka.
Setelah beberapa waktu reformasi pendidikan mendorong agar siswa lebih diarahkan untuk menuju perguruan tinggi atau college maka sekarang AS menghadapi masalah kurangnya siswa yang mau langsung terjun jadi pekerja di industri.

Lainnya

Pendidikan Ilmu Sosial yang Mengkeret

3 Komentar

img.jpgMeski belum ada riset secara nasional, fakta di lapangan jelas-jelas menunjukkan bahwa Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah mau tidak mau membuat pembelajaran ilmu-ilmu sosial yang tidak diujikan menjadi mengkeret (squeezed) di sekolah-sekolah menengah. Hal semacam ini tentu saja sudah merupakan konsekuensi logis dari tidak mengkutsertakan ilmu-ilmu sosial pada ujian nasional, apalagi yang menjadikan nilai UNAS sebagai syarat kelulusan. Ilmu-ilmu sosial termarginalkan oleh kebijakan UNAS tersebut.

Bagaimana bentuk pemarginalan ilmu-ilmu sosial tersebut? Yang jelas kita lihat adalah menyusutnya jam-jam pelajaran ilmu sosial di sekolah-sekolah. Hal ini bahkan nampak sangat ekstrim ketika siswa berada di tingkat terakhir dimana mereka harus mempersiapkan diri untuk mengikuti UNAS nantinya dimana sekolah bahkan telah menghapus pelajaran ilmu-ilmu sosial di kelas 3! Dengan menjadikan ilmu-ilmu sosial tidak diujikan bersama dengan ilmu-ilmu yang lain artinya secara terstruktur pemerintah telah menjadikan ilmu-ilmu sosial sebagai ’second class importance’. Sebuah pengingkaran terhadap pentingnya ilmu-ilmu sosial dalam kehidupan.

Lainnya