Tjandra dan AndySaya kaget ketika membaca judul posting Kang Muzi dari Dian Ilma (http://www.cakrawala-ilma.com/) dengan judul “Ternyata Pak Tjandra tidak istimewa”. Ia tentu menunjuk ke Pak Tjandra Heruawan seorang guru Fisika SMAN 10 Malang yang mampu membuat puluhan alat peraga Fisika dari barang bekas yang telah dibukukan dan divideokan oleh Yayasan Medco dan kini dibagikan secara gratis tersebut. Ia juga tampil dalam acara Kick Andy di Metro TV tadi malam dan membuat orang kagum dengan hasil karyanya. Tidak mungkin Pak Tjandra tidak istimewa, kata saya memprotes dalam hati. Tapi setelah membaca postingnya saya lalu tertawa ngakak. Kang muzi memang bilang bahwa “Ternyata Pak Tjandra tidak istimewa” tapi setelah itu disambung dengan kalimat “Tapi Amat Sangat Istimewa!.” Ya. Pak Tjandra memang sangat istimewa.


Pak Tjandra adalah seorang genius. Tunggu dulu! Jangan lantas berpersepsi bahwa seorang genius haruslah seseorang dengan nilai raport yang ‘straight A’ alias bertaburan nilai 9 dan 10 di raportnya sejak SD sampai PT, atau seseorang akademisi yang namanya dikepung dengan berbagai gelar dari dalam dan luar negeri. Pak Tjandra bukan orang semacam itu dan ia bahkan hanya seorang guru dengan gelar sarjana muda jurusan matematika pula! Jadi ia bahkan bukan seorang fisikawan dan ia pasti termasuk dalam golongan guru yang ‘tidak layak mengajar’ berdasarkan kualifikasinya tersebut (syarat untuk menjadi guru sekarang adalah minimal S-1). Ia sama sekali tidak mengesankan ketika Mas Nanang dan saya ‘menemukan’nya di sekolahnya di SMAN 10 Malang ketika kami berkunjung untuk tugas seleksi sekolah untuk diikutkan dalam program SQIP (School Quality Improvement Program) Sampoerna Foundation yang kini berubah namanya menjadi United Schools Program (USP) itu. Itu terjadi sekitar dua tahun yang lalu. Perawakannya kurus, gigi depannya ompong, dan sikapnya ‘nyentrik’. ‘Nyentrik’ adalah istilah saya untuk orang yang tidak perduli dengan basa-basi, berpenampilan ‘dibawah standar’ tapi tidak merasa terintimidasi atau rendah diri dengan segala macam orang dengan jabatan, kekuasaan, ataupun kekayaan seberapa pun. Semacam tipe orang yang hidup dalam dunianya sendiri dan tenggelam di dalamnya. Tapi jangan salah. Ia seorang pribadi yang hangat dan sangat enak diajak ngobrol, apalagi mengenai karyanya. Sekali Anda mengalihkan topik ke hasil karyanya maka Anda akan dibombardir dengan ceritanya tentang bagaimana ia sampai menghasilkan karya-karya fenomenalnya itu. Saya dan Mas Nanang melongo selama lebih dari setengah jam di ruang khususnya ketika pertama kali kami mengenalnya. Ia bahkan tidak perduli bahwa kami punya tugas lain. Tapi kami memang langsung terkesan dengannya, tidak bisa tidak. This guy is a genius. Hanya saja kita belum bisa menghargai orang genius seperti ini.

Lantas mengapa disebut genius? Bagi kami orang yang genius adalah orang yang mampu mengeluarkan gagasan-gagasan, pemikiran-pemikiran, produk-produk, dan hasil karya yang mampu menjawab permasalahan hidup dan lingkungannya dengan cara yang istimewa dan di luar pemikiran orang-orang lain yang sama dengannya. Dan itu tidak perduli apakah ia hanya seorang ibu rumah tangga, ustad kampung, guru di desa, penjaja keliling, akademisi, atau pun pemimpin formal. Apa yang dilakukannya haruslah menjawab permasalahan lingkungan dan kehidupan dimana ia tinggal dengan cara yang genuine dan orisinil. Semakin luas pengaruh dan manfaat yang dihasilkannya semakin tinggi tingkat kejeniusannya. Dan Pak Tjandra memenuhi kriteria tersebut. Temuan-temuannya tersebut sebetulnya merupakan jawaban bagi permasalahan guru Sains yang kebingungan bagaimana mengajarkan sains dengan cara yang sederhana, tepat guna, dan dengan menggunakan barang-barang bekas yang tersedia di sekitar kita dengan cara yang istimewa. Bahkan seorang professor doktor di bidang Fisika dari Jepang yang pernah bertemu dan ‘dikuliahi’ oleh Pak Tjandra mesti membungkukkan tubuhnya dalam-dalam di hadapannya karena salut dan kagum dengan apa yang telah dilakukan oleh ‘professor alam’ ini. Lha kalau professor doktor dari perguruan tinggi ternama dari Jepang saja harus meletakkan samurainya dihadapan beliau masak Kang Muzi bilang ‘Pak Tjandra ternyata tidak istimewa’! hehehe…! Ya beliau memang bukan hanya ‘istimewa’ tapi ‘sangat istimewa’. Pak Muzi sendiri adalah another genius yang juga tidak kalah eksentriknya. Makanya ia tahu betapa istimewanya Pak Tjandra ini.

Ada suatu hal yang ingin saya sampaikan pada tulisan saya kali ini yaitu pentingnya kita menemukan orang-orang istimewa semacam Pak Tjandra ini dan berusaha membantunya untuk dikenali oleh masyarakat luas. Dan saya harus angkat topi untuk Mas Nanang. Mas Nananglah yang mengajak Pak Tjandra keliling ke berbagai daerah untuk presentasi dan pelatihan dihadapan para guru sains. Ia tidak pernah berhenti mengingatkan bahwa kita perlu terus mendorong agar Pak Tjandra dikenali oleh masyarakat luas. Ia jugalah yang ‘memprovokasi’ Yayasan Medco agar menerbitkan buku dan video pembuatan alat peraga Fisika dari barang bekas Pak Tjandra sebagai bagian dari corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan Medco. Kedekatannya dengan petinggi Medco memungkinkannya untuk itu. Tapi kegigihannyalah yang membuatnya didengarkan. Ia menciptakan ’panggung’ untuk mengorbitkan ’penyanyi’nya. Mas Nanang adalah seorang promotor hebat. Ialah yang menemukan dan mengorbitkan Pak Tjandra. Sebagai orang yang tahu pentingnya peran model dan figur dalam pendidikan saya harus meletakkan samurai saya pelan-pelan dan penuh hormat di hadapan sobat saya Ahmad Rizali alias Mas Nanang yang dengan penuh semangat terus mempromosikan Pak Tjandra ke semua orang yang ia kenal. Saya yakin Pak Tjandra sangat…sangat berterimakasih kepada Mas Nanang atas segala upayanya ini.
Berkat upaya Mas Nananglah maka Pak Tjandra dapat mencapai apa yang diperolehnya sekarang ini. Saya masih ingat ketika ngobrol dengan Pak Tjandra lebih dari dua tahun lalu di mana ia bilang bahwa ia punya dua cita-cita, yaitu memvideokan semua hasil karyanya dan menyebarluaskannya dan keinginan pribadi untuk bisa naik haji. Ia sadar bahwa dengan gaji PNS-nya tersebut adalah sangat sulit baginya untuik bisa naik haji. Malaikat mencatat apa keinginan Pak Tjandra tersebut tapi Mas Nananglah yang membuatnya terwujud. Dua keinginan Pak Tjandra tersebut dipenuhi oleh Yayasan Medco. Insya Allah Pak Tjandra beserta istri akan naik haji tahun ini. Dan saya amat yakin Mas Nanang juga akan memperoleh pahala haji tersebut.

Balikpapan, 30 November 2007
Satria Dharma