Ilustrasi. Hardiknas 2011.

Sebuah pesan dari Facebook masuk pagi ini.

Yth Pak Satria Dharma
Pengelola Web ISPI (www.ispi.or.id) akan meminta pendapat tentang hardiknas dan bapak termasuk yang dimohon memberikan pendapat.
Pertanyaannya :
Bagaimana makna Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2011 ini?
Jawaban sebanyak 10-15 kalimat.
mengirim photo yang paling keren.
pendapat akan dimuat di http://www.ispi.or.id pada tanggal 2 Mei 2011.

Terima kasih

Salam ISPI
Deni Kurniawan As’ari

Dan tiba-tiba darah saya tersirap. Tanpa bisa saya cegah saya merasakan amarah dan kesedihan yang menjadi satu. Hari Pendidikan Nasional di tahun 2011 dan apa yang saya rasakan dan pikirkan saat ini…?! Saya menggeleng-gelengkan kepala saya mengusir rasa marah dan sedih yang datang tiba-tiba tersebut.
Bagaimana saya tidak marah dan sedih jika saya dingatkan betapa kacaunya dunia pendidikan kita saat ini. Berita dibanjiri dengan kabar kecurangan UN yang baru saja berlangsung. Salah satu berita yang kuterima di Facebook adalah sbb :

“sulungku yang tdk HS berkisah : 1. Banyak soal yang diperjual belikan ( siswa & Guru ) 2. Bobot soal yg Tidak Sama (ada yang dapat mudah/ ada yang susah) 3. Kunci jawaban setelah dia diskusikan usai UN memang benar ( artinya bukan kunci jwb Palsu) 4. Jual beli kisaran Rp 75.000 ke atas 5.Ada sekolah yang bocorkan ke siswanya.. 6. siswa berduit yang tidak PD dengan kemampuannya hampir mengambil jalanpintas dengan membeli soal . sementara kejasama kita sama si sulung dalam mengamati pelaksanaan UN SMA tahun ini.

Memang merubah dan mengawal… keadaan yang sudah membudaya.. dan sistimatis demi kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada siswa… demi mendapatkan angka kelulusan yang membanggakan bagi Sekolah, Daerah (kota/kabupaten) bahkan profensi.. adalah tidak mudah….. ayo suarakan.. terus… perjuangan kita…. salam dahsyat dari SEKOLAH DOLAN Malang”

Dari Kompasiana:

SMS Jawaban Soal UN SMA Sudah Diterima Sebelum ke Sekolah

Teman-temanku pengawas ruang UN terkejut banget. Sebab sesuai prosedur, LJUN dibagikan lebih dulu ke siswa peserta UN sebelum lembar soalnya. Langkah ini dilakukan agar para siswa memiliki cukup waktu buat mengisi identitas diri peserta UN dan sebagainya. [Maaf, demi melindungi sumber, aku tak sebutkan nama-nama]
Keajaiban terjadi, ternyata hampir semua penempuh UN bisa menjawab semua soal dengan menandai LJUNnya!
Ini jelas fenomena kebocoran soal, artinya ada yang sudah menjawabi soal sebelum soal itu dibagikan dalam ruang-ruang ujian. Tapi dari manakah asal soalnya?
Aku tak bisa memberikan jawaban asal atau sumber kebocoran, yang jelas jawaban soal melalui sms itu 100% benar! Dan makin kuherankan, anak-anak itu menerima sms pada jam-jam sebelum mereka berangkat sekolah.
Ampun pemerintah, pendidikan macam inikah yang kauhasilkan setelah berkali-kali ujian nasional? Dan jika ini nanti terjadi pula di ujian nasional SMP dan yang sederajat, duh, mau komentar gimana lagi.

http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/21/sms-jawaban-soal-un-sma-sudah-diterima-sebelum-ke-sekolah/

Berita di milis kemudian semakin menjelaskan.

Mas Agung,
Nih temuanku. Kunci jawaban memang disebar sebelum anak masuk. Yang menyebarkan kepsek/wakasek masing-masing sekolah. (Saya punya narsumnya dan punya kunci jawaban yang disebarkan). Kemarin sudah diuji, kunci jawaban benar.
Yang aku dengar dari salah satu narasumber, dinas pendidikan setempat sudah teken kontrak: lulus 100%. Di sekolah sang narsum, yang biasanya ada pengawas, sekarang dilepas. Pengawas dari dinas, nggak ada yg datang. Percuma.
Ada juga siswa yg diminta duit per siswa 150 ribuan untuk beli kunci jawaban. Dikoordinasi oleh sekolah. Edan!!!
Jadi, kita kumpulin saja temuan kita semua di milis ini dan kita sampaikan ke publik.. Lho milis ini bukannya sudah diketahui publik hehe (pejabat kemdiknas juga ada di sini nggak ya).
Jadi saya setuju dengan Bung Heru: Hapuskan UN. Percuma. Dana 1 trilyun bisa dibelikan laptop untuk dorong one child one laptop hehe…!!

Habe
(Semua data bisa dipertanggungjawabkan. Demi kepentingan narsum, namanya saya rahasiakan).”

Mendiknas dengan rendah hati berkata di media “Menyelenggarakan UN adalah sebuah tugas besar, jika terjadi beberapa kecurangan, saya rasa itu wajar, karena kami bukan malaikat.” http://edukasi.kompas.com/read/2011/04/21/19245345/mendiknas-quot-kecurangan-itu-wajar-quot
“Of course, Mr Minister, we are not angels. We are far from angels”

Saya lantas teringat situasi pendidikan di Singapura. “Tak ada siswa yang mencontek. Baik itu pada ulangan harian apalagi pada ulangan umum.” kata anak teman saya yang bersekolah di sana. “Tak ada siswa yang berani mencontek. Tak satu pun.” Dan tanpa bisa saya cegah saya lantas membayangkan siswa-siswa dan para guru Singapura ke mana-mana diikuti oleh lingkaran ‘Halo’ di atas kepala mereka. They are angels and we are not. They are blessed and we are not.

Sebuah artikel dengan judul “Nurdin Halid dan Ujian Nasional” ditulis oleh Heru Widiatmo dengan penuh kejengkelan dan keprihatinan yang sama dengan yang saya rasakan saya rasa. Ia membandingkan UN dengan PSSI yang tidak pernah bisa memberi pretasi tapi tetap dipertahankan. http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/22/nurdin-halid-dan-ujian-nasional/
Apa sih sebenarnya yang terus dipertahankan dengan melakukan Ujian Nasional yang sudah jelas cacat filosofis, akademis, dan moral tersebut? Apa sebenarnya yang hendak kita capai dengan itu semua…?! Beberapa artikel tentang cacatnya Ujian nasional ini telah saya tulis dan serahkan pada prang-orang di kementerian pendidikan.
http://satriadharma.com/index.php/2007/05/14/ujian-nasional-sebagai-keputusan-politik/
http://satriadharma.com/index.php/2007/05/31/unas-jeblok-salah-siapa/
http://satriadharma.com/index.php/2007/05/31/unas-mutu-diharap-bencana-didapat-2/
http://satriadharma.com/index.php/2009/12/20/quo-vadiz-ujian-nasional/
http://satriadharma.com/index.php/2010/03/11/tak-ada-korelasi-nilai-try-out-dan-nilai-unas/
Bahkan artikel tentang Tanya Jawab tentang Ujian Nasional http://satriadharma.com/index.php/2009/12/26/tanya-jawab-tentang-ujian-nasional/
Diminta dan dibaca langsung oleh staf ahli Mendiknas tapi toh tak ada perubahan.

Tanpa bisa saya cegah ingatan saya kemudian lari pada masalah pendidikan lain yang saya tentang, yaitu tentang sekolah bertaraf internasional (SBI). Program ini jelas-jelas menunjukkan hasil yang negatif dan itu berdasarkan hasil studi Kemendiknas sendiri tapi anehnya ingin tetap dipertahankan. http://satriadharma.com/index.php/2011/04/14/sekolah-bertaraf-internasional-apa-yang-kita-cari/
Kejengkelan saya bertambah-tambah ketika membaca keluhan di milis Keluarga Unesa sbb :

‘Bulan Mei, Giliran anak pertama saya tes masuk ke SD, salah satu SD RSBI di Kota
Pudak, menjadi rebutan orang tua masukkan anakknya ke sekolah tsbt. termasuk
saya, yang menjadi pertanyaan saya, yang hanya denger2 dari media,
SD bukannya udah gratis, guru juga uda sertifikasi, sekolah juga sudah ada BOS,
tapi kenapa?? masuk masuk ke sekolah tersebut harus bayar 4 jutaan, sedangkan
tetangga saya yang masu masukkan anaknya juga ke SD RSBI lainnya di kota yang
sama, malah di minta bayar 8 jutaan,
Gilaaa….
Atastaghfirullah….”

http://groups.yahoo.com/group/keluargaunesa/message/22110

Sebelum ini di milis IGI juga dijelaskan betapa sekolah negeri yang RSBi sudah tidak terjangkau oleh kalangan bawah.

Warung si nenek sudah lumayan banyak yang antri, kebanyakan ibu2 muda (saya
masih muda loh), seperti saya, bekerja seharian di luar, jadi kalau hari Sabtu
pagi malas masak sarapan. Tiba2 kesunyian ibu2 pecah, karena cucu si nenek
datang, hendak ke sekolah, dan minta uang. Salah satu dari kami pun bertanya
sudah kelas berapa sang cucu. Si nenek pun menjawab, “Ini dia kelas 6, mau ujian
nanti awal Mei.” Lalu saya ikutan nyamber, “Wah,anak saya juga mau ujian.”
Obrolan jadi panjang an membahas masalah mencari sekolah. Ternyata, hampir semua
Ibu2 yang hadir di warung nasi uduk, sedang pusing mencari sekolah bagi anaknya.
Ada yang mencari SMP, ada yang ingin mendaftarkan anaknya ke SMA. Masing2
mengeluh, karena untuk mendaftar di SMP 2, ini SMP Favorit di Depok, sudah tidak
mungkin. Sekolah itu sudah RSBI, sehingga mematok bayaran 7,5juta tahun ini! Dan
itu angka minimal!!! Sementara SMA 1 Depok, yang dulu terkenal karena mencetak
anak2 pintar dan lulusan2 PTN terbaik Indonesia, sekarang pun sudah RSBI, dan
yang lebih gilanya, mematok 17jt dengan bayaran SPP Rp.600,- !!!

http://groups.yahoo.com/group/ikatanguruindonesia/message/27942

Coba bayangkan betapa gilanya pendidikan nasional kita ini! Sekolah publik yang dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah tiba-tiba berubah menjadi monster penghisap darah rakyatnya sendiri. Dan kami yang melawan ini sudah tak tahu harus melabrak siapa lagi. Rektor sudah, Dirjen sudah, Mendiknas sudah, Komisi X sudah….. . Siapa lagi yang harus kami datangi untuk menghentikan kegilaan ini…?!

Dan sekarang saya diminta untuk menuliskan 10 atau 15 kata untuk memperingati hari Pendidikan Nasional ini? Jangan…! Saya sedang dalam suasana ‘gloomy’ dan tidak punya bahan yang ‘menyenangkan’ untuk ditulis dan saya tidak ingin membuat Hardiknas 2011 ini menjadi ‘cloudy’ dengan tulisan saya. Jadi sebaiknya saya minta Puti yang menulis untuk IGI. Ia selalu punya kata-kata yang lembut. I don’t. Saya hanya punya foto yang keren.

Balikpapan, 22 April 2011
Satria Dharma